Mengenal Budaya Kerja Horenso di Jepang yang Tak Umum di Indonesia

Mengenal Budaya Kerja Horenso di Jepang yang Tak Umum di Indonesia

Mengenal Budaya Kerja Horenso di Jepang yang Tak Umum di Indonesia. Budaya Horenso adalah konsep budaya kerja di Jepang yang merupakan singkatan dari Houkoku (laporan), Renraku (komunikasi/informasi), dan Soudan (konsultasi). Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi kerja, mempercepat pencapaian target, meminimalkan kesalahan komunikasi, serta membangun koordinasi dan keharmonisan antar anggota tim melalui alur komunikasi yang jelas dan terstruktur.

Secara harfiah, Horenso adalah sebuah metode komunikasi yang terstruktur dan teratur. Ini merupakan etos kerja di mana setiap individu diwajibkan untuk secara proaktif memberikan informasi, melaporkan perkembangan pekerjaan, dan berkonsultasi dengan rekan kerja atau atasan. Tujuannya adalah untuk memastikan semua anggota tim berada pada pemahaman yang sama dan dapat bekerja secara efisien.

Mengenal Budaya Kerja Horenso di Jepang yang Tak Umum di Indonesia

Pengertian Budaya Horenso di Jepang

Budaya Horenso (報・連・相) adalah singkatan dari tiga kata dalam bahasa Jepang yang sangat fundamental dalam lingkungan kerja:

  • Hōkoku (報告): Melaporkan
  • Renraku (連絡): Menghubungi/berkomunikasi
  • Sōdan (相談): Berkonsultasi

Bekerja di Jepang bukan hanya soal menyesuaikan diri dengan budaya baru, melainkan juga soal mempelajari pola komunikasi yang berbeda.

Salah satu pengalaman yang benar-benar mengubah cara berpikir Rizki Permatasari (42) adalah saat ia bersentuhan langsung dengan konsep komunikasi kerja yang dikenal sebagai Horenso.

Lulusan D3 Bahasa Jepang Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) LIA Jakarta pada 2007 itu telah berkecimpung dalam dunia Human Resource Development (HRD) selama sekitar 10 tahun.

Seiring berjalannya waktu, ia semakin memahami cara menerapkan Horenso.

Karyawan Harus Berani Berpendapat

Pada dasarnya, Horenso adalah singkatan dari hokoku (laporan), renraku (menghubungi), dan sodan (konsultasi).

Di Jepang, Horenso jadi kunci komunikasi antara bawahan dan atasan. Namun menurut Rizki, bagian paling menantang justru ada pada aspek konsultasi.

“Nah, yang paling pentingnya itu adalah sodan itu tadi. Bukan cuma sekedar hokoku sama renraku aja, tapi prosesnya, proses pekerjaannya itu seperti apa, dan kita berfikirnya itu seperti apa,” jelas Rizki ketika dihubungi Ohayo Jepang, (8/7/2025).

Menurut Rizki, kultur komunikasi di perusahaan properti tempatnya bekerja adalah bottom-up. Bawahan harus aktif diskusi dan konsultasi kepada atasan.

Menurut Rizki, di perusahaannya, setiap bawahan diharapkan bisa berinisiatif dan tidak hanya menunggu perintah dari atasan.

Budaya di tempat kerjanya memang menuntut setiap orang, termasuk staf junior, untuk berani menyampaikan pendapat atau rencana sendiri.

Jika pemikiran seorang bawahan sudah sesuai dengan tujuan perusahaan, maka atasan biasanya akan langsung menyetujui.

Namun jika ada perbedaan, hal itu akan dikonfirmasi dan didiskusikan bersama lebih lanjut.

Ia menambahkan, konsultasi yang dilakukan juga harus jelas dan tidak memakan waktu terlalu lama.

Setiap rencana harus ada batas waktunya dan disampaikan dengan jelas.

Menurut Rizki, inilah yang sering belum dipahami oleh banyak pekerja Indonesia, karena mereka terbiasa takut menyampaikan pendapat sendiri kepada atasan.

Dalam praktiknya, Rizki butuh waktu sekitar dua hingga tiga tahun untuk benar-benar memahami dan menjalani Horenso dengan tepat.

Prosesnya penuh trial and error, dengan banyak koreksi dari atasan.

“Awalnya tidak ada yang benar-benar mengajari formulanya. Saya sambil menjalani, sambil melihat, sambil diingatkan kalau ada yang keliru. Lama-lama mulai terbiasa,” ujar lulusan Hakuho Women’s College pada 2010 ini.

Mengenal Budaya Kerja Horenso di Jepang yang Tak Umum di Indonesia

Apa Manfaat Budaya Horenso?

Penerapan Horenso membawa banyak manfaat, baik bagi individu maupun organisasi:

  • Pencegahan Masalah: Dengan melaporkan setiap perkembangan, masalah kecil dapat terdeteksi sejak dini sebelum berkembang menjadi masalah besar.
  • Meningkatkan Efisiensi: Komunikasi yang lancar mengurangi kesalahpahaman. Setiap orang tahu tugasnya dan bisa mengambil keputusan dengan lebih cepat.
  • Membangun Kepercayaan: Melaporkan dan berkonsultasi secara jujur akan membangun kepercayaan antara atasan dan bawahan, serta antar sesama rekan kerja.
  • Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik: Atasan dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dan strategis karena memiliki informasi yang lengkap dan up-to-date.
  • Menciptakan Lingkungan Kerja yang Solid: Budaya berbagi informasi membuat semua anggota tim merasa dilibatkan dan bertanggung jawab.

Horenso untuk Melindungi Karyawan

Sekarang, Rizki menularkan kebiasaan Horenso pada bawahannya, terutama staf baru dari Indonesia yang masih belum terbiasa dengan budaya kerja Jepang.

Ia masih harus melakukan micromanagement di tahap awal agar mereka benar-benar paham pentingnya inisiatif dan konsultasi, bukan sekadar menunggu perintah.

“Saya selalu bilang, setelah menyelesaikan tugas, segera kabari, lalu pikirkan langkah selanjutnya. Jangan tunggu disuruh. Kalau ada ide atau pertanyaan, konsultasikan dulu sebelum melangkah,” jelasnya.

Bagi Rizki, Horenso bukan sekadar alat komunikasi atau kontrol pekerjaan, melainkan bentuk perlindungan untuk bawahan.

Jika staf sudah rutin berkonsultasi sebelum bertindak, risiko kesalahan dibagi bersama atasan.

“Kalau sudah konsultasi tapi ternyata langkahnya salah, ya itu tanggung jawab atasan. Jadi, sebenarnya Horenso melindungi bawahan juga,” kata Rizki lagi.

Di lingkungan kerjanya, Horenso tidak cukup dilakukan dalam pertemuan mingguan.

Apalagi saat mengerjakan proyek besar, Horenso dilakukan setiap hari atau bahkan dua hari sekali.

Dengan cara ini, atasan bisa memantau progres dan beban kerja staf secara lebih adil.

Tidak ada staf yang mendapat beban terlalu berat sementara yang lain lebih ringan.

“Lewat Horenso, kita bisa lebih paham siapa yang sedang overload dan bisa minta atasan membagi pekerjaan ke staf lain,” tambahnya.

Proses membiasakan diri dengan Horenso memang tidak instan. Namun, menurut Rizki, semakin sering dilakukan, manfaatnya makin terasa.

Ia berharap para pekerja Indonesia di Jepang mau beradaptasi dan tidak takut melakukan konsultasi.

“Jangan takut mengajukan ide. Jangan takut dikira salah. Horenso itu bukan buat mencari kesalahan, tapi justru untuk melindungi dan memastikan pekerjaan berjalan sesuai tujuan bersama,” pungkas Rizki.

Bagaimana Cara Melakukan Budaya Horenso?

Menerapkan Horenso dalam praktik sehari-hari memerlukan pemahaman tentang tiga elemen utamanya:

1. Hōkoku (Melaporkan)

Melaporkan adalah proses penyampaian hasil atau kemajuan pekerjaan kepada atasan atau pihak terkait. Lakukan ini dengan:

  • Tepat Waktu: Segera laporkan kemajuan atau masalah, baik yang baik maupun yang buruk.
  • Fakta yang Jelas: Sampaikan laporan dengan data dan fakta yang akurat, bukan sekadar opini.
  • Ringkas dan Padat: Sampaikan inti laporan secara langsung, tanpa bertele-tele.

2. Renraku (Menghubungi/Berkomunikasi)

Renraku adalah berbagi informasi yang bersifat umum atau informal, seperti pengumuman, jadwal, atau kabar penting lainnya yang relevan bagi tim. Kunci dari Renraku adalah:

  • Informasi yang Akurat: Sampaikan informasi yang benar, jangan mengarang.
  • Segera Berbagi: Bagikan informasi secepatnya kepada semua orang yang membutuhkannya.
  • Saluran yang Tepat: Gunakan media komunikasi yang paling sesuai, seperti email, pesan singkat, atau percakapan langsung.

3. Sōdan (Berkonsultasi)

Sōdan adalah meminta saran atau pendapat dari atasan atau rekan kerja saat menghadapi masalah atau merasa tidak yakin. Ini menunjukkan bahwa Anda menghargai masukan orang lain. Kuncinya adalah:

  • Bersikap Terbuka: Jelaskan masalah secara jujur dan terbuka, lalu dengarkan saran yang diberikan.
  • Siapkan Pilihan: Sebelum berkonsultasi, siapkan beberapa opsi solusi sebagai bahan diskusi.
  • Tujuan yang Jelas: Sampaikan tujuan konsultasi Anda, apakah untuk meminta persetujuan, solusi, atau hanya pendapat.

LPK Kerja di Jepang – Lembaga Pelatihan Kerja Magang Resmi – Aichi Training Center (ATC)

Aichi Training Center (ATC) adalah lembaga terkemuka yang berfokus pada pendidikan, pelatihan tenaga kerja, dan program belajar di Jepang. Didirikan pada tahun 2014 dan resmi beroperasi sejak 2 Juli 2018, ATC telah membangun reputasi sebagai pusat pelatihan dan rekrutmen terpercaya. Kami bekerja sama dengan banyak perusahaan dan institusi di Jepang untuk memastikan peserta dari Indonesia mendapatkan peluang terbaik dalam karier dan pendidikan di Jepang.

Pada Februari 2022, kami memulai operasi skala penuh sebagai organisasi pengirim di Indonesia. Nur Komariah sebagai Direktur, dan staf saat ini terdiri dari 10 orang di bagian pendidikan dan 10 orang di bagian dokumen. Memulai keberangkatan pada Maret 2022, dan per Desember ada sekitar 600 trainee praktek kerja yang berada di Jepang.

Bidang pekerjaan terkait dengan konstruksi (30%), pertanian (20%), pengolahan makanan (20%), dan (30%) lainnya di berbagai bidang seperti mesin dan logam, cetakan plastik, pengecatan, pembersihan bangunan dll. Perusahaan kami secara khusus berfokus pada pengembangan karakter trainee praktek kerja, dan hanya fokus memberikan pengetahuan untuk bekerja di Jepang.

Kami memastikan setiap peserta mendapatkan pelatihan intensif bahasa Jepang agar memenuhi standar perusahaan atau institusi yang dituju. Selain itu, kami membekali mereka dengan pelatihan keterampilan, orientasi budaya, serta pengembangan karakter agar siap menghadapi dunia kerja dan pendidikan di Jepang.

Program LPK Aichi Training Center (ATC)

  1. Magang Jepang – Ginou Jisshusei
  2. Visa Kerja – Tokutei Ginou
  3. Engineering
  4. Perawat – Kaigo

Hubungi Kami :

ALAMAT INDONESIA
Jl. Raya Pulo Mangga No.53, RT.02/RW.05, Grogol, Kec. Limo, Kota Depok, Jawa Barat 16512

Contact Info
info@aichitrainingcenter.com
+6281398000380

日本事務所 – ALAMAT JEPANG
〒465-0012
愛知県名古屋市名東区文教台2-508D
ATC合同会社

Contact Info
info@aichitrainingcenter.com
052-710-7461
Fax: 052-710-7463

Pengertian Budaya Kerja Horenso di Jepang

Pengertian Budaya Kerja Horenso di Jepang

Pengertian Budaya Kerja Horenso di Jepang. Salah satu budaya kerja di Jepang yaitu hōkoku (報告) yang berarti laporan, renraku (連絡) artinya mengkomunikasikan atau menginformasikan, dan sōdan (相談) berarti konsultasi.

Berbicara tentang budaya dalam bisnis, perusahaan Jepang memiliki budaya kerja yang berbeda dengan negara lain. Jepang dikenal sebagai negara yang memiliki beragam budaya dan adat istiadat. Selain itu, Jepang juga sangat unggul dan maju dalam bidang pendidikan, teknologi, dan ekonomi. Dalam bidang ekonomi, Jepang memiliki banyak perusahaan besar yang sangat maju dan terkenal. Kemajuan ekonomi di Jepang tidak terlepas dari penerapan budaya bisnis Jepang.

Di Jepang ada budaya kerja yang sangat penting, yaitu Horenso. Orang Jepang selalu menerapkan budaya Horenso saat melakukan pekerjaan. Apa yang dimaksud dengan Horenso , mari kita bahas dan jelaskan disini.

Pengertian Budaya Kerja Horenso di Jepang

Hou-Ren-Sou atau dibaca Horenso adalah budaya kerja orang Jepang dalam berkomunikasi dan berdiskusi. Adapun prinsip Horenso merupakan singkatan dari tiga konsep, yaitu Houkoku yang berarti melaporkan, Renraku yang berarti menginformasikan, dan Soudan yang berarti konsultasi atau pra-konsultasi. Semua perusahaan di Jepang menerapkan budaya kerja ini. Budaya horenso dilakukan agar komunikasi dan informasi dapat berjalan dengan lancar dan baik.

Secara umum, budaya kerja Horenso diajarkan kepada karyawan baru di perusahaan Jepang selama masa orientasi atau pelatihan. Budaya horenso umumnya diterapkan oleh orang Jepang dalam urusan bisnis atau pekerjaan. Jika kalian berencana untuk bekerja di Jepang atau bekerja dengan orang Jepang, kalian harus mengetahui dan menerapkan budaya Horenso karena ini akan memudahkan Anda.

Pasalnya, komunikasi menjadi prioritas utama melebihi apapun dalam dunia bekerja di Jepang. Bila ingin bekerja di Jepang, kamu tentunya harus mengetahui pula budayanya.

Ketiga kebiasaan itu dilakukan agar komunikasi dalam dunia bisnis lebih lancar. Menariknya, orang Jepang menyingkat sebutan tiga kebiasaan itu menjadi HoRenSo.

Istilah itu lebih mudah diingat karena pengucapannya mirip dengan cara menyebut hōrensō (ほうれん草) alias bayam dalam Bahasa Jepang.

Setiap negara memiliki budaya kerjanya masing-masing, begitu juga Jepang. Salah satu konsep paling dasar yang biasanya menjadi dasar budaya kerja Jepang adalah HoRenSo, yang merupakan singkatan dari Hokoku (Melaporkan), Renraku (Menginformasikan), dan Sodan (Konsultasi).

Secara sederhana, konsep Horenso ini adalah sebuah tata cara berkomunikasi untuk mengatasi suatu permasalahan di tempat kerja. Tujuannya agar komunikasi dan penyampaian informasi tersampaikan dengan cepat sehingga dapat berjalan dengan baik dan benar, serta setiap progress atau kemajuan dari suatu pekerjaan bisa diketahui oleh banyak orang karena adanya laporan yang intensif secara rutin.

Horenso erat dengan hierarki yang ada dalam perusahaan karena adanya kegiatan pelaporan oleh karyawan yang harus selalu melaporkan hasil kerjanya kepada atasan. Kemudian, atasan dan bawahan atau antar rekan kerja saling berbagi informasi yang diikuti dengan kegiatan konsultasi dengan bertukar pendapat untuk mendapatkan ide/saran perbaikan.

Hal-hal terpenting dalam konsep Horenso adalah cara penyampaian yang mudah, mendetail dengan 5W+1H (What, Who, When, Where, Why + How) dan berisi kesimpulan yang ringkas, sampaikan ide perbaikan, laporkan secepatnya, pro-aktif bertanya, dan perhatikan waktu saat melaporkan atau berdiskusi. Baiknya tetapkan waktu luang untuk mengadakan briefing, meeting mingguan, dll. Kemudian acara ditutup dengan sesi tanya jawab.

Pengertian Budaya Kerja Horenso di Jepang

Budaya kerja Horenso di Jepang adalah sistem penyelesaian masalah yang didasarkan pada tiga kata Lantas, apa itu budaya kerja HoRenSo di Jepang? Simak ulasan selengkapnya di bawah ini.

Hōkoku (Laporan/Melaporkan)

Mengutip artikel yang telah tayang di Ohayo Jepang pada Rabu (16/6/2021), pekerja harus melaporkan progres pekerjaan kepada atasan secara berkala. Laporan harus dilakukan secara lebih formal, sesuai dengan makna hōkoku.

Pekerja juga harus melaporkan seputar kesalahan atau kecelakaan selama melakukan pekerjaan tersebut, bila ada. Laporan secara berkala kepada atasan juga penting bagi tim manajerial kantor untuk mencegah mereka melakukan micro-managing.

Renraku (Menginformasikan/Mengkomunikasikan)

Makna renraku itu memberi informasi atau mengkomunikasikan progres pekerjaan kepada kolega atau anggota satu tim. Pekerja dapat menyampaikan informasi secara tidak terlalu formal karena dilakukan kepada kolega.

Tujuan renraku untuk memastikan pekerja yang terlibat atau berhubungan dengan suatu proyek itu mengetahui informasi pekerjaan yang terbaru. Salah satu bentuk sederhana renraku misalnya memberi tahu rekan kerja bahwa ada perubahan lokasi meeting.

Sōdan (Konsultasi/Minta Saran)

Meminta saran atau nasihat kepada seseorang yang terkait dengan pekerjaan menjadi hal yang diapresiasi di Jepang. Bahkan, berkonsultasi seperti itu dianggap sebagai bentuk inisiatif untuk meningkatkan kemampuan diri.

Pekerja yang menghadapi suatu masalah atau mau meminta pendapat dari berbagai sudut pandang dapat melakukan renraku.

Sōdan bertujuan agar semua orang atau pekerja yang terlibat dalam pekerjaan itu berada pada jalur yang sama alias tidak ada yang tertinggal. Memahami beragam budaya kerja di Jepang menjadi salah satu bentuk keseriusan untuk dapat bekerja di sini.

Dalam budaya kerja Horenso, pekerja harus melaporkan masalah yang terjadi kepada atasan secara berkala, dan tidak menyimpannya sendiri. Selain itu, karyawan juga dapat meminta saran atau pendapat kepada atasan yang lebih berpengalaman jika mengalami kesulitan dalam menentukan keputusan atau menghadapi masalah pekerjaan.
Budaya kerja Horenso merupakan salah satu model sistem komunikasi organisasi di Jepang yang dapat diterapkan sebagai dasar organisasi di perusahaan.

Pengertian Budaya Kerja Horenso di Jepang

Apakah kamu berminat kerja di Jepang?

Sumber : https://ohayojepang.kompas.com/read/2353/mengenal-budaya-kerja-horenso-di-jepang