Perbedaan Petani di Jepang dan Indonesia. Rina telah menjadi petani di Jepang selama lebih dari dua puluh tahun, dan berdasarkan pengalamannya, dia menemukan bahwa salah satu perbedaan yang paling menonjol terletak pada cara petani Jepang memahami diversifikasi produk hasil panen mereka.
Mereka menonjolkan karakteristik unik dan unik dari setiap produk pertanian yang diproduksi. Lina Rokayah, yang juga dikenal sebagai Teh Rina, adalah petani Indonesia yang tinggal di Jepang. Dia berbicara tentang bagaimana menjadi petani di Jepang berbeda dengan menjadi petani di Indonesia. Sebagian besar petani Jepang membuat merek sendiri untuk hasil panen mereka.
Daun bawang, produk unggulan Matsubara Farm milik Rina dan suaminya, dipasarkan dalam kondisi bersih, dikemas rapi, dan dengan label merek sendiri.
Perbedaan Petani di Jepang dan Indonesia
Penggunaan teknologi, pendapatan, dan metode bertani adalah beberapa hal yang membedakan petani Indonesia dan Jepang. Petani Jepang menggunakan teknologi canggih dan modern dalam proses pertanian, seperti traktor, transplanter, dan sepeda listrik, serta diversifikasi produk dengan merek sendiri, tetapi penggunaan teknologi dan diversifikasi produk masih bervariasi di Indonesia, dan banyak petani masih bekerja secara manual. Akibatnya, petani Jepang memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.
Secara keseluruhan, petani di Jepang dan Indonesia berbeda dalam hal teknologi, pendapatan, metode pertanian, dan budaya. Jepang telah berhasil mengembangkan pertanian modern dan maju, sementara Indonesia masih berjuang untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas petani mereka.
“Jadi kebanyakan petani di Jepang itu tidak hanya menanam, merawat, dan memanen, tapi mereka bisa sampai menghasilkan suatu bentuk nilai produknya lebih tinggi,” ujarnya kepada Ohayo Jepang, Selasa (20/5/2025).
“Teteh tidak menjual bawang daun itu begitu saja, tapi diproses dulu, dibersihin, dikupas sampai rapi, di-packing,” tambahnya.
Namun, petani di Indonesia cenderung menjual hasil panen mentah tanpa mendiversifikasinya. Daun bawang merupkan produksi unggulan Matsubara Farm milik petani Jepang asal Indonesia, Lina Rokayah, dan suaminya. Selain itu, Rina menjelaskan bahwa untuk menjadi petani di Jepang prosesnya tidak mudah.
Warga yang berminat pada sektor pertanian, harus melalui proses pelatihan yang rumit terlebih dahulu. Setiap calon petani di Jepang akan dilatih menjadi petani profesional di bidangnya masing-masing. Misalnya, jika kamu memiliki minat pada stroberi, maka kamu akan fokus pada varietas itu saja.
Perbedaan Petani di Jepang dan Indonesia
Hal ini juga yang dilakoni Rina yang sudah menggeluti varietas daun bawang selama puluhan tahun.
“Teteh merasakan menjadi petani yang istilahnya punya keahlian di satu bidang memang prosesnya ternyata tidak semudah apa yang kita pikirkan ya. Kayak daun bawang, Teteh juga berkecimpung di daun bawang berpuluh-puluh tahun,” ungkapnya.
Pelatihan bagi petani di Jepang umumnya berlangsung selama tiga tahun. Tujuannya membentuk sumber daya manusia (SDM) yang profesional dan terampil di bidang pertanian. Selain itu, Jepang sejak lama mengadopsi teknologi pertanian, yang berperan besar dalam meningkatkan baik kuantitas maupun kualitas hasil produksi.
“Kalau di Jepang teknologinya ya lebih banyak menggunakan alat-alat yang lumayan sudah maju,” ujarnya.
Sebagai perbandingan, aktivitas pertanian masih banyak dilakukan secara tradisional di sejumlah daerah di Indonesia. Petani di daerah ini umumnya mengandalkan metode turun-temurun. Contohnya; pengolahan tanah secara manual, penanaman tanpa pola rotasi yang terencana, serta penggunaan alat sederhana dan teknologi yang terbatas.
Di Jepang, pemerintah mendorong produksi lokal dan diversifikasi sumber pangan untuk mengurangi ketergantungan pada impor, sedangkan di Indonesia, keberlanjutan dan ketahanan pangan lebih penting untuk mencapai swasembada.
Karena ada perbedaan dalam perkembangan, kondisi, kesulitan, dan konteks sosial yang berbeda, sistem pertanian Jepang dan Indonesia berbeda dalam hal teknologi, kebijakan pemerintah, dan nilai budaya fundamental.
Kedua negara memiliki penghargaan yang kuat terhadap pertanian dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam praktik pertanian mereka. Kedua negara akan terus berusaha meningkatkan sistem pertanian mereka.
Perbedaan Petani di Jepang dan Indonesia
0 Komentar