Berapa Gaji di Jepang? Jepang Membutuhkan Banyak Imigran Karena Kekurangan Penduduk Muda

執筆者 | 6月 21, 2025 | Pekerjaan | コメント0件

Berapa Gaji di Jepang, gaji di jepang, jepang membutuhkan imigran, imigran ke jepang

Berapa Gaji di Jepang? Jepang Membutuhkan Banyak Imigran Karena Kekurangan Penduduk Muda. Benar, Jepang sedang menghadapi masalah kekurangan penduduk muda. Hal ini disebabkan oleh angka kelahiran yang terus menurun dan populasi yang menua. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap masalah ini adalah tingginya biaya hidup, kesulitan menyeimbangkan karir dan keluarga, serta perubahan budaya kerja. Kekurangan penduduk muda ini memiliki dampak signifikan pada ekonomi dan sosial Jepang.

Angka kelahiran di Jepang terus menurun selama beberapa tahun terakhir, mencapai rekor terendah. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah anak-anak dan remaja, serta berkurangnya tenaga kerja potensial di masa depan.

Sementara jumlah penduduk muda menurun, jumlah penduduk lansia (65 tahun ke atas) terus meningkat. Hal ini menciptakan beban sosial dan ekonomi yang besar, karena lebih banyak orang membutuhkan perawatan dan dukungan, sementara tenaga kerja yang tersedia semakin sedikit.

Sementara, populasi negara tersebut terus menurun. Fenomena ini muncul akibat rendahnya tingkat kelahiran dan masyarakat yang menua, yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

The Japan Association for Construction Human Resources (JAC) telah menyatakan keinginan yang kuat untuk bantuan dari negara tetangga, termasuk Indonesia, untuk mengatasi krisis tenaga kerja di negara tersebut.


Berapa Gaji di Jepang? Jepang Membutuhkan Banyak Imigran Karena Kekurangan Penduduk Muda

Jepang diproyeksikan akan menghadapi kekurangan tenaga kerja yang signifikan pada tahun 2040. Estimasi kekurangan tahun 2025 mencapai lebih dari satu juta pekerja asing jika pemerintah ingin mencapai target pertumbuhan ekonominya.

Di beberapa pusat keramaian, dipajang reklame mempromosikan imigrasi ke Jepang. Poster-poster menunjukkan keluarga dari berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan slogan “Jepang Membutuhkan Anda!” untuk menggambarkan upaya Jepang mengatasi krisis demografi dengan membuka pintu bagi pekerja dan keluarga dari luar negeri.

Pertumbuhan ekonomi Jepang terancam oleh penurunan jumlah penduduk yang disebabkan oleh rendahnya angka kelahiran dan penuaan populasi. Menurut laporan terbaru, situasi ini diperkirakan akan memperburuk kekurangan tenaga kerja yang telah ada, terutama di sektor-sektor yang mengalami kekurangan tenaga kerja yang parah. Dalam konteks ini, pekerja asing dipandang sebagai solusi penting untuk mengisi kekosongan yang ada.

“Usia lanjut di Jepang lebih banyak daripada usia muda, yang artinya pekerja usia muda sangat sedikit sekali, sehingga kami sangat mengharapkan bantuan manpower dari negara-negara tetangga khususnya, salah satunya dari Indonesia,” kata kepala proyek JAC Naoya Shikano, di Jakarta (11/12/2024) kepada Antara.

Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi Jepang dalam upayanya menarik dan mempertahankan pekerja asing. Salah satu kendala utama adalah melemahnya nilai yen, yang membuat upah di Jepang secara relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju di Eropa. Selain itu, terdapat kekhawatiran mengenai hak asasi manusia yang dapat memengaruhi citra Jepang di pasar tenaga kerja global.

Baca :  Apakah Alumni Magang Jepang Bisa Daftar SSW (Specified Skilled Worker)?

Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja ini, Jepang perlu meningkatkan upaya di berbagai bidang. Sosialisasi pengenalan program magang dan program Special Skill Worker (SSW) bagi warga asing, beserta sistem dan peraturannya sering diakukan. “Sebisa mungkin diketahui dan disosialisasikan sebanyak mungkin di Indonesia,” ungkap Naoya Shikano.

Berapa Gaji di Jepang? Jepang Membutuhkan Banyak Imigran Karena Kekurangan Penduduk Muda

Faktor-faktor Penyebab:

  • Biaya Hidup Tinggi: Biaya hidup yang tinggi, terutama di kota-kota besar, membuat banyak pasangan muda enggan memiliki anak karena khawatir tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
  • Budaya Kerja yang Keras: Budaya kerja di Jepang yang dikenal dengan jam kerja panjang dan tekanan tinggi membuat sulit bagi banyak orang untuk menyeimbangkan karir dan keluarga, terutama bagi perempuan.
  • Perubahan Gaya Hidup: Banyak generasi muda yang lebih memilih untuk fokus pada karir dan gaya hidup mereka sendiri, dan menunda pernikahan dan memiliki anak.

Dampak Kekurangan Penduduk Muda:

  • Krisis Ekonomi: Penurunan jumlah tenaga kerja dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan beban keuangan bagi pemerintah untuk program pensiun dan perawatan kesehatan.
  • Masalah Sosial: Penurunan jumlah anak-anak dan remaja dapat menyebabkan penutupan sekolah, terutama di daerah pedesaan, serta berkurangnya interaksi sosial dan hilangnya vitalitas komunitas.
  • Kekurangan Tenaga Kerja: Perusahaan Jepang menghadapi kesulitan dalam mencari tenaga kerja muda yang terampil, yang dapat menghambat inovasi dan produktivitas.

Pekerja Indonesia Makin Melirik Jepang

Fenomena membanjirnya tenaga kerja asal Indonesia di Jepang mulai terlihat. Menurut catatan pemerintah Jepang, saat ini ada 121.507 pekerja migran Indonesia di negeri Sakura. Angka itu naik 56% dari tahun sebelumnya.

Ferry Irwandi, seorang influencer asal Indonesia, berbagi di Twitter tentang pengalamannya di Tokyo. “Gue 8 hari di Tokyo, nginep di Niwa Hotel, pegawainya banyak orang Indonesia, house keepingnya semuanya orang Indonesia, berangkat ke Sapporo, di Westin pun juga sama, frontdesknya orang Indonesia,” tulisnya.

Niwa Hotel, yang terletak di Tokyo, dikenal dengan gaya Jepang modern dan kedekatannya dengan Stasiun Suidobashi, menawarkan kombinasi kenyamanan dan pengalaman budaya. Sementara itu, Westin di Sapporo adalah The Westin Rusutsu Resort, yang merupakan resor ski dekat Niseko, terkenal dengan akomodasi dan fasilitas mewahnya.

“Jepang itu tempat yang menyenangkan untuk pekerja migran. Tapi, memang butuh effort ekstra untuk belajar bahasanya”, ungkap Nana. Pengajar di Mayantara School yang pernah bekerja di Jepang itu mengatakan kalau muridnya kebanyakan membutuhkan waktu setahun untuk mencapai level bahasa Jepang N3. Level kemahiran N3 dibutuhkan untuk kuliah di Jepang, sedangkan level dasar N5 biasanya untuk pekerja industri.

Baca :  Apa Itu Budaya Komunikasi Tatemae? Simak Manfaat dan Tipsnya

Kehadiran pekerja Indonesia di Jepang semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Akun X @wandererjogja menulis, “di tempat kerja aku sekarang (Chiba) jg banyak bgt orang indo???? kalo lg belanja ke supermarket ato toko-toko deket juga sering bgt ketemu orang indo wwkwkw bahkan ada education center isinya hampir 50% orang indonesia.

Kondisi ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan tenaga kerja asing, khususnya dari Indonesia, semakin mendesak di Jepang, dan kedua negara dapat memperoleh manfaat dari kerjasama di bidang ketenagakerjaan.

“Saya merasa sangat penting kami memiliki banyak tenaga kerja dari Indonesia, dan sudah bekerja di Jepang di berbagai bidang termasuk pertanian, perikanan, perawatan ataupun manufaktur,” kata Masaki di Kediaman Resmi Duta Besar Jepang untuk Republik Indonesia, Selasa (19/3/2024).

Gaji di Jepang dan Peraturan Migrasi

Menurut proyeksi yang dirilis pada tahun 2024, Jepang diperkirakan akan menghadapi kekurangan tenaga kerja yang signifikan menjelang tahun 2040. Angka kebutuhannya mencapai 6,7 juta pekerja menurut data yang dirilis pemerintah.

Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah Jepang perlu melakukan langkah strategis dalam bidang imigrasi, pengembangan tenaga kerja, dan kebijakan ekonomi. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjadi peluang untuk inovasi dan pertumbuhan ekonomi.

Gaji Rata-Rata di Jepang

Rata-rata gaji tahunan di Jepang pada tahun 2024 diperkirakan sekitar 6.200.000 Yen Jepang, yang setara dengan sekitar 39.818 USD atau sekitar 644 juta Rupiah. Angka ini mungkin sedikit meningkat menjelang tahun 2025 seiring dengan inflasi dan penyesuaian ekonomi.

Gaji itu dapat bervariasi secara signifikan berdasarkan wilayah, di mana Tokyo memiliki upah minimum tertinggi, yaitu sekitar 1.113 Yen per jam (sekitar 7,16 USD), bersaing dengan kota-kota internasional berpenghasilan tinggi lainnya.

Kebijakan dan Program Pekerjaan untuk Imigran

Beberapa program dan kebijakan yang mendukung pekerja asing di Jepang antara lain:

  • Status Kegiatan Terkait (Designated Activities)
    Lulusan asing dari universitas Jepang dapat mengubah status tinggal mereka menjadi “Kegiatan Terkait” untuk mencari pekerjaan selama satu tahun setelah lulus.
  • Program Pelatihan Magang Teknikal (Technical Intern Training Program – TITP)
    Program ini dirancang untuk melatih pekerja asing dalam keterampilan bisnis dan teknikal Jepang. Namun, program ini telah dikritik karena dianggap sebagai sistem eksploitasi tenaga kerja murah. Program ini akan digantikan oleh Program Pengembangan Keterampilan Baru untuk Pekerja Asing pada tahun 2024, yang bertujuan untuk integrasi yang lebih baik.
  • Program Pekerja Terampil Tertentu (Specified Skilled Worker – SSW)
    Diperkenalkan pada tahun 2019, program ini ditujukan untuk pekerja terampil menengah di sektor-sektor seperti konstruksi, pertanian, keperawatan, dan layanan makanan. Program ini menawarkan visa hingga lima tahun dan berbagai benefit ambahan, termasuk tempat tinggal, orientasi saat kedatangan, dan gaji yang sebanding dengan warga Jepang.
  • Dukungan Pencarian Kerja
    Inisiatif yang didukung pemerintah membantu mahasiswa internasional mencari pekerjaan, menekankan bahwa perusahaan terbuka untuk merekrut tenaga dengan keahlian tanpa memandang kewarganegaraan.
Baca :  Tips Melamar Kerja di Perusahaan Jepang

Syarat Kesiapan Calon PMI di Jepang

Meskipun berbagai kebijakan telah diterapkan, beberapa tantangan masih perlu diatasi:

  • Hambatan Bahasa
    Kemampuan berbahasa Jepang menjadi tantangan utama bagi imigran, karena banyak perusahaan Jepang yang mengharuskan karyawan untuk berkomunikasi dalam bahasa Jepang.
  • Perbedaan Upah
    Pekerja asing cenderung mendapatkan gaji yang lebih rendah dibandingkan rekan-rekan Jepang mereka; pada tahun 2024, mereka menghasilkan 28% lebih sedikit. Hal ini sebagian disebabkan oleh pembatasan mobilitas pekerjaan dan preferensi budaya untuk bekerja jangka panjang di satu perusahaan.
    Mayoritas karyawan di Jeang berkarir dalam jangka panjang di sebuah perusahaan, sementara para imigran dipandang hanya berorientasi pekerjaan jangka pendek.
  • Integrasi Ekonomi
    Agar imigran dapat berkembang, dukungan dalam transisi pekerjaan dan penyesuaian budaya sangat penting. Upaya sedang dilakukan untuk mendorong perusahaan merekrut pekerja asing dan menyediakan sistem dukungan yang lebih baik.
  • Diskriminasi dan Dukungan
    Mengatasi diskriminasi dan menyediakan dukungan komprehensif, termasuk program bahasa, sangat penting untuk integrasi yang sukses.

Kebutuhan akan pekerja asing meningkat sebagai akibat dari krisis populasi Jepang, yang merupakan komponen penting dalam pertumbuhan ekonomi. Jepang saat ini sedang menerapkan kebijakan yang lebih inklusif dalam upaya membuat Jepang lebih menarik bagi pekerja asing.

Ke depan, Jepang dapat memanfaatkan tenaga kerja asing untuk mendorong inovasi dan pertumbuhan ekonomi sambil mengatasi masalah sosial dan budaya.

Pemerintah Jepang telah mengambil berbagai langkah untuk mengatasi masalah ini, seperti memberikan insentif finansial untuk mendorong pasangan menikah memiliki anak, meningkatkan fasilitas perawatan anak, dan mencoba mengubah budaya kerja yang keras. Namun, tantangan yang dihadapi Jepang sangat kompleks, dan solusi jangka panjang masih perlu ditemukan untuk mengatasi krisis demografi ini.

Berapa Gaji di Jepang? Jepang Membutuhkan Banyak Imigran Karena Kekurangan Penduduk Muda

Sumber : kompas.com


Indeks Artikel

Artikel Berita Terbaru

Written by

Related Posts

0コメント

コメントを提出

メールアドレスが公開されることはありません。 が付いている欄は必須項目です